Blogger Templates

Translate

Noel


Beberapa hari lalu, aku bertemu dengan teman lamaku. Ya, sebenarnya sih, aku lupa dia siapa-_- dan dengan bodohnya bertanya, “Siapa ya?” bukannya menggunakan taktik, “Oooooh, kamu! Iya, aku inget kok! Hahahaha…..” Teman TK, tidak akan kusebutkan namanya di sini, tapi dulu dia merupakan satu – satunya perempuan di kelasku yang mandiri, tegas, lebih mudah bergaul dengan anak laki – laki (mungkin karena penampilannya yang juga mirip anak laki – laki) dan memiliki ambisi yang meledak – ledak.
Aku sering punya masalah dengan dia, ya masalah sepele sih :| tapi namanya juga anak kecil. Walaupun dia sering bermasalah denganku, tapi tidak jarang juga dia yang pertama kali membelaku jika aku berbeda pendapat dengan anak lain, sungguh berhati baik.
Paling tidak, anak yang berbeda pendapat denganku itu seperti merasa bersalah saat teman lamaku ini membelaku. Walaupun aku ingat waktu itu berbeda pendapat dengan seorang anak yang super girly (bahkan namanya sudah menunjukkan dia sangat girly) soal Gary, siput laut milik Spongebob.
Opozih Kin.
Alay.
Tapi kan waktu itu aku masih kecil, so, no problemo.
Aku sedang melihat – lihat buku di sebuah toko buku (iyalah mana mungkin toko bangunan-_-) karena waktu itu temanku yang menemani sudah pulang, sampai sebuah suara tiba – tiba berkata, “Eh, Kintan bukan ya?” aku langsung menengok ke sumber suara tersebut, dan disambut dengan seorang perempuan berambut sebahu dan berpenampilan sangat casual.
“Siapa ya?” Nah, ini pertanyaan yang kujelaskan di paragraf pertama. Panggil saja dia... Noel.
“Ini aku, Noel! Ingat? Kita satu kelas waktu TK! Yang dulu sering marahan sama kamu, hehe,” jawabnya dengan ceria. Memang dari dulu dia anak yang ceria dan supel. Ya, aku langsung ingat satu anak yang memang sering perang denganku. Yang membuat dia berbeda mungkin hanya kacamata yang menutupi matanya.
Lalu, dia mengajakku untuk minum kopi (tentu saja kopi, aku yang mengusulkan) di lantai teratas tempat tersebut. Kami mengejar ketinggalan cerita hidup masing – masing. Kami juga bercerita soal teman TK dulu. Tentang lucunya aku saat fashion show, dan aku menyindirnya karena saat temanku yang lain bersemangat untuk melenggok di atas panggung, dia dengan tidak tertarik duduk di kursi penonton seraya memandang ke arah lain.
Memang dia yang paling dewasa dari kami semua waktu itu. Bahkan dia sudah tau hal – hal yang aku tidak mengerti, seperti tentang semesta (dulu aku hanya mengangguk bodoh, sekarang sudah lumayan bisa mengikuti), teori – teori yang tidak kumengerti, rasi – rasi bintang di langit, olahraga yang aku tidak pahami, aliran seni yang tidak pernah kudengar, dan yang lainnya.
Dan aku menceritakan berbagai macam hal juga padanya. Tentang rahasia tua dunia, konspirasi – konspirasi yang kebanyakan orang tanggapannya hanya mengangguk seakan paham atau berdebat balik denganku, mitologi aneh yang membuat orang bosan lalu mengalihkan pembicaraan, tentang tiga golongan (mungkin yang sudah tahu, Alpha, Beta, Omega) yang orang lain hanya menanggapi dengan jawaban pendek,  teori multiverse, dan variasi kopi yang seringkali ditanggapi orang lain hanya dengan, “Kamu suka banget kopi, ya,”. Tapi tanggapannya berbeda. Dia tahu apa yang aku bicarakan, baru pertama kali aku bertemu dengan orang yang dari awal mengerti omong kosong aneh yang kubicarakan.
Dia sanggup membuat hariku yang berantakan itu kembali ke posisi awal yang nyaman. Awalnya aku yang siap meledak seperti bom atom, menjadi bom level rendah, petasan kelihatannya. Aku sudah merasa seperti bersahabat dengannya selama 10 tahun. Entahlah, mungkin lebih, sepertinya.
Yang berbeda dari kami hanya, dia suka espresso, aku suka cappuccino. Espresso itu pahitnya luar biasa dan terkesan gagah, cappuccino itu bisa dibilang kopi yang genit, manis, tapi betapa kagetnya aku saat dia berkata hal yang sama denganku soal, "Seni kopi itu di pahitnya. Setelah kamu minum kopi, pasti makanan dan minuman lain manisnya lebih terpancar dari sebelumnya,"
Saat aku akan dijemput, kami sama sekali tidak bertukar nomor telepon. Tidak, facebook, twitter, dan social media lainnya pun tidak. Dia bilang, “Bukankah menyenangkan jika dipertemukan kembali oleh kehendak yang di atas dan semesta? Lebih baik dan menjadi kejutan yang manis daripada pertemuan yang dirancang dari awal sampai akhir oleh kita sendiri,” katanya dengan nada ala orang bijak. Walaupun setelah itu dia langsung mencibirku atas ‘ngomong-ngomong, pakaianmu, astaga. Celananya pendek banget, panjangin sedikit harusnya!’ dan aku membalas dengan ‘kalau ini dipanjangan sedikit, namanya bukan celana pendek, oke.’
Ya kuakui, memang aku akan merindukan seseorang yang bisa langsung pas dan tahu saat berbicara tentang segala omong kosong yang aku tahu, dan memiliki pandangan yang sama denganku (menyenangkan saat tahu kalau ternyata orang lain berpandangan sama dengan kita). Tapi berusaha untuk ‘pas’ dengan seseorang itu seru juga, berbagai macam reaksi bisa kita dapat.

Post yang satu ini, mungkin kutunjukkan pada Noel. Mungkin. Karena seperti katanya, segala hal yang terdapat kata ‘mungkin’, 75% sudah seperti memberikan jawaban positif. Aku tidak mengerti, aku tidak pandai berbahasa, mungkin suatu saat aku mengerti. Mungkin.

Berbeda


I really don't know what is this about, menulis secara spontan :| -_-
            Kudengar, kau sedang ada masalah dengan pasanganmu, sehingga akhirnya kau memutuskan untuk kembali- ah, bukan- berkunjung ke tanah airmu. Kata orang – orang sekitar, kau meminta waktu sejenak untuk memikirkan semuanya. Aku tidak ikut menjemputmu di bandara, toh, buat apa? Sudah malam, jam sebelas, dan kukira sudah cukup banyak yang antusias melihatmu lagi setelah entah berapa lama, aku malas menghitungnya.
            Seraya melanjutkan menelaah permintaan klien tentang jenis bunga, telepon pintarku berbunyi, ada sebuah panggilan masuk. Dari temanmu yang ikut menjemput di bandara. Awalnya aku ragu, membayangkan pro kontra, sampai kuputuskan untuk mengangkatnya dan mengabaikan konsekuensi. Aku menyapa dengan tenang, sementara sudah terdengar hiruk pikuk bandara di telingaku. Temanmu hanya berkata dengan nada yang mengesalkan, jika aku tidak bertegur sapa sama sekali saat kau ada di sini, aku akan menyesal seumur hidup.
            Bukankah aku sudah menyesal karena mengenalmu?                                       
            Aku hendak mengabaikan ‘ancaman’ temanmu, sampai aku mendengar suaramu samar – samar. Kau masih saja berbicara layaknya Juli. Dan kau bertanya sesuatu pada temanmu itu. Aku tidak yakin bertanya apa, karena aku langsung menekan tombol reject dengan cepat. Kakiku langsung otomatis berjalan ke dapur, mengambil sebotol Pinot Noir di kabinet, dan menghabiskan malam dengan buram. Tentu paginya aku terlihat seperti gelandangan, hanya saja, lebih buruk. Selama satu bulan kau berada di sini, tidak terlintas sama sekali di benakku untuk menemuimu. Sekali lagi, buat apa? Aku sibuk dengan klienku yang rewel, dan aku juga sudah mendengarkan penjelasanmu saat terakhir kali kita bicara, penjelasan yang menginjak – injak mimpiku dengan wajah puas. Pada saat itu, walaupun berat, aku pun menghembuskan nafas yang enggan. Mengingat hal itu, tekadku makin kuat untuk tidak menemuimu.
            Tidak terasa, hari ini menjadi hari terakhir kau di sini. Hari itu matahari masih sibuk bersiap – siap untuk mulai bekerja, aku masih terbenam di kasur, sampai pintu rumahku diketuk berkali – kali. Aku bangun, dan hendak mengambil sapu, untuk jaga – jaga jika yang mengetuk berniat jahat. Sejenak, aku merasa bodoh. Mana ada pencuri ketuk pintu. Agaknya ya, aku masih was – was juga. Kubuka pintu dengan perlahan dan, kau ada di depan pintuku.

            Masih seperti dulu. Bukan, bukan penampilan. Aku tidak peduli bagaimana kau terlihat, aku lebih mementingkan personalitasmu. Memang masih seperti dulu. Kau menawarkan senyum yang sama persis seperti waktu kita masih naif, tapi sekarang, senyum milikmu dibumbui rasa capai. Betapa bencinya aku saat harus mendongak untuk mencari matamu, tetap sama, ada kilau mengesalkan yang terpancar. Tapi kukira, aku hanya sok kenal, karena aku sama sekali tidak mengerti atas dirimu yang sekarang.
            Kita hening dalam waktu lama. Semua terasa janggal. Dengan kita yang sangat berbeda dibandingkan dengan kita yang dulu. Dengan ketidaktahuanku tentang orang asing di depanku. Aku berniat mengusirnya dengan halus, sampai kau angkat bicara, “Apa kabar?”
            Dan aku meledak penuh amarah.
            “Apa kabar? Apa kabar tanyamu? Aku punya beribu pertanyaan untukmu dan yang kamu punya hanya ‘apa kabar’? Oh, baiklah, kabarku luar biasa! Aku senang kau pergi jauh tanpa penjelasan! Aku senang, bahagia mungkin, mengetahui kau akan kembali lagi ke negeri orang besok!” Aku menarik nafas panjang, “Sekarang giliranku. Bagaimana perjalananmu? Kehidupanmu? Apa kau jatuh hati pada seorang yang baik atau kurang ajar? Apa kau berhasil mencapai impianmu? Sudahkah kau pergi ke tempat yang kau inginkan? Apakah kau ingat aku walaupun sedetik saja? Apakah ini semua yang kau inginkan?”
            Hening kembali melanda kita. Aku benci hening ini, aku benci dengan bagaimana redupnya lampu terasku sehingga ekspresimu tidak tertebak, aku benci dinginnya angin pagi yang menusuk tulangku, aku benci bagaimana aku tidak bisa menghentikan air yang mengalir di kedua pipiku, aku benci bagaimana ini terlihat seperti adegan sinetron murahan, dan di atas semua itu aku benci dengan caramu menghapus air mataku serta menawarkan pundak untuk menangis.
            Dan untuk pertama kalinya, aku kembali masuk ke rumah, menutup pintu dan menguncinya. Karena pada akhirnya, apa yang kita inginkan berbeda.


A Little About Travel


Akhir - akhir ini, aku lebih sering menghabiskan waktu di sebuah social media yang terbilang cukup baru, Pinterest. Bukan, ini bukan social media dimana orang - orang bercurhat ria atau semacamnya, tapi merupakan sebuah tempat untuk berbagi gambar.
Bukan gambar biasa tentunya. Ada banyak kategori, mulai dari Art sampai Women's Fashion. Aku suka mengunjungi social media yang satu ini, karena berbagai hal. Pertama, aku termasuk orang yang suka memasak, dan di kategori Food & Drink sudah menyediakan berbagai gambar sekaligus resep makanan yang ditunjukkan. Kedua, aku senang bereksperimen dengan rambut. Ada kategori di mana banyak gambar tentang model rambut. Tentu saja pada akhirnya aku tidak bisa melakukan step to step dengan benar -_- Ketiga, ada kategori Do It Yourself a.k.a DIY, mulai dari cara membuat berbagai macam benda sampai cara - cara membersihkan rumah. Iya, aku tahu, aku terkesan seperti ibu rumah tangga. Tapi bukan cuma itu saja. Ada kategori lain seperti Quotes, Tattoos, Illustrations & Posters, Photography, Animals, Geek, Humor, dan lain - lain.
Aku tidak bermaksud untuk membahas sebuah social media atau melakukan iklan di post ini, tapi aku mau membahas soal salah satu kategori yang kusuka, Travel.
Salah satu orang yang dekat denganku mempunyai keinginan besar untuk travel. Aku tidak tau apa - apa soal travel, yang aku tau, travelling merupakan kegiatan yang menyenangkan. Hanya saja harus direncanakan dulu, berapa biaya-nya, tempat apa yang dikunjungi, apa kita perlu pakai guide, tempat menginap, dan hal - hal merepotkan lainnya.
Kemarin, aku mencoba membuka kategori Travel, dan menemukan banyak tips yang berguna juga banyak tempat travelling yang anti mainstream. Seperti bagaimana cara packing yang benar, applikasi di android maupun iPhone yang harus dipunyai para traveler, dan ada sebuah danau di Filipina bernama Kayangan Lake, yang benar - benar terlihat seperti khayangan. Tempat untuk travel yang menakjubkan bukan hanya di Paris, New York, maupun London saja. Ada banyak pedesaan yang menawarkan pemandangan luar biasa. Banyak pantai dan danau tersembunyi. Taman nasional sebuah negara juga memikat kukira.

Salah satu hal yang kuinginkan saat travelling adalah ikut serta dalam festival lokal. Seperti La Tomatina di Buñol, di mana turis dan masyarakat setempat saling melempar tomat. Holi alias "Festival of Colors" di India dimana masyarakat maupun turis sama - sama saling melempar serbuk warna warni cerah, berpesta, dan berdansa di bawah percikan air. Atau mungkin Diwali, atau "Festival of Lights" yang juga berada di India, malam dipenuhi dengan kembang api, seluruh daerah hanya diterangi dengan banyak lilin, dan rumah rumah penduduk sudah dicat atau digambari dengan berbagai macam warna. Aku juga sempat melihat sebuah festival di mana orang - orang saling melempar anggur. Damn.
Pada intinya, setelah melihat kategori Travel, makes me want to travel too. Tapi kukira travel sendirian itu tidak akan menyenangkan. Entahlah, mungkin akan kuajak satu atau dua teman. Travel sendirian hanya akan kulakukan jika sedang banyak pikiran atau depresi berat. Bukankah menyenangkan sendirian di negeri orang, memikirkan masalah tanpa diganggu di sebuah lokasi yang anti mainstream? Atau mungkin di tengah kota dikelilingi orang asing yang tidak mengenal kita.

Kadang aku suka dengan ide pergi ke luar negeri, hanya memberi tau keluarga, memulai dari nol di tempat itu, dan berusaha meraih mimpi di negeri orang. Kupikir aku akan memilih antara New York, USA, seperti yang dikatakan sebuah lagu 'concrete jungle where dreams are made of' atau Venice, Italy; atau mungkin Netherlands. Aku akan deactive semua akun social media milikku, dan membuat yang baru. Memikirkan segala kemungkinan luar biasa yang ada, membuatku tambah berharap bisa benar - benar memulai dari nol di negara yang asing.

Cancer


Based on My Chemical Romance’s song, Cancer.
Jika kamu tidak terlalu sibuk mengkhawatirkan aku, bisakah aku meminta tolong untuk diambilkan segelas air yang ada di meja seberang sana. Dekat, tapi bagiku terlalu jauh. Tidak usah memasang wajah yang seperti itu, kamu tidak cocok dengan air muka yang muram. Tapi terima kasih sudah mengambilkanku segelas air, sayang. Bibirku terasa terlalu kering, dan bisa kau lihat dia kehilangan warna segarnya sejak satu bulan lalu, dan air tidak akan menolong sama sekali.
Dan sayang, bisakah kau menelfon bibiku? Bukan, aku sudah tidak mau dijenguk siapa – siapa kecuali orang tuaku sendiri dan dirimu. Hanya saja, agaknya bibiku- dan orang tuaku juga- akan kerepotan mencari warna kesukaanku untuk pemakaman yang sudah bisa kulihat dengan jelas. Yang tahu hal kecil ini hanya kamu, kau tahu. Dan mereka juga akan kerepotan mencari barang – barang yang kusukai. Belum daftar saudara, dan orang lain yang akan mereka undang ke pemakaman ini.
Tidak, jangan berani mencoba menenangkanku dengan kecupan. Dan aku juga tidak akan membalas kecupan itu. Kita berdua tahu bagaimana akhir cerita ini. Dan aku mau saja menerimanya, tapi sesungguhnya, bagian terberat dari semua ini adalah meninggalkanmu sendirian.
Sekarang, jangan memandangku. Berbaliklah. Karena aku sudah pasti terlihat menyedihkan dan mengerikan. Semua anggota tubuhku mengecewakanku, bahkan untuk bergerak saja seperti memikul beban Atlas. Mungkin ini karma, entah atas perbuatanku yang mana, karena kurasa aku selalu tulus ke gereja tiap Minggu, dan aku tidak pernah melakukan hal yang buruk di mata yang di atas.
Mungkin aku melantur seperti ini karena aku sudah capai dengan kemoterapi yang mereka berikan. Dan mengetahui bahwa aku tidak akan pernah mengucapkan janji sehidup semati di depan altar, tidak tahu dengan siapa, tapi aku akan senang jika melakukan itu denganmu. Jangan mencoba berbohong padaku, sayang. Dari kemarin, aku sudah menghitung mundur sisa waktuku. Karena semua yang kupandang sekarang serasa tanpa nyawa.
Dan aku harap, jika memang benar kau harus mengucapkan kata selamat tinggal hari ini, aku hanya meminta agar kamu selalu berjalan ke arah yang benar. Jangan memandang dunia dengan topeng kesukaanmu, karena walaupun dunia senang melihat pertunjukan picisan kita, dia tetap tidak tahu menahu tentang detail kecil di kain kehidupan kita.
Kita berdua benar – benar mengerti bagaimana akhir cerita ini. Dan aku dengan senyum terakhir menerimanya, karena bagaimanapun juga, yang membuatku enggan pergi, dan bagian terberat dalam semua ini, adalah meninggalkanmu.

Lyrics


Feels like lightning running through my veins, everytime I look at you.

See, I remember we were driving, driving in your car, the speed so fast I felt like I was drunk. City lights lay out before us, and your arms felt nice wrapped around my shoulder.

But I see your true colors, shining through. I see your true colors, that's why I love you. So don't be afraid to let them show.

What am I supposed to do when the best part of me was always you? What am I supposed to say when I'm all choked up and you're okay?

I just want to save you while there is still something left to save.

Strangers kissing in the pouring rain, chasing after your leaving train, but we know, that's not how our song goes.

Friends, lovers, or nothing. There'll never be an in-between, so give it up.

We could sit around and cry. But frankly, you're not worth it anymore.

A thousand miles seems pretty far. But they've got planes and trains and cars. I walk to you if I had no other way.

But tell me, did you sail across the sun? Did you make it to the Milky Way to see the lights all faded, and that heaven is overrated. Tell me, did you fall for a shooting star? One, without a permanent scar, and did you miss me while you looking for yourself out there.

Happiness hit her like a train on the track. Coming towards her, stuck still no turning back.

You make me dance like a fool, forget how to breathe, shine like gold, buzz like a bee. Just the thought of you can drive me wild, you make me smile.

The tip of the iceberg, the sun before the burn, the thunder before the lightning, and the breath before the phrase, "Have you ever felt this way?"

And maybe we got lost in translation. Maybe, I asked too much. But maybe this thing was masterpiece, 'til you tore it all up.

I've been to the year 3000, not much has changed but they lived underwater, and your great great great great daughter is doing fine.

'Cause after all this time I still into you.

If you ask me how I'm doing, I would say I'm doing fine. I would lie and say that you're not on my mind.

Just Some Random Songs


Untuk mengisi waktu kosong, akhirnya aku memutuskan untuk hunting lagu yang sudah lumayan lama bahkan mungkin bukan lumayan lagi. Dan kebanyakan yang kutemukan hari ini iringannya didominasi gitar akustik. Karena pada dasarnya aku kurang kerjaan, aku akan menunjukkan satu persatu lagu yang kutemukan hari ini. Sebenarnya sih ketemu lebih dari 5, tapi aku hanya akan menunjukkan 3 yang menurutku paling bagus.

1. Johnny Cash - You Are My Sunshine

Sebenernya sih, udah tau dari teman sejak lama, cuma baru sekarang denger. Ini lagu jaman kapan juga aku nggak tau. Suaranya berat, tapi malah menambah kesan sedih yang menyenangkan(?). Entahlah. Nadanya simple, liriknya mudah dimengerti. Hanya saja, kesannya tetap.. serasa enggan menghembuskan nafas.
"You are my sunshine, my only sunshine. You make me happy when skies are gray. You'll never know dear, how much I love you. Please don't take my sunshine away."

2. Eric Church - Springsteen

Pasti saat remaja minimal sekalilah pernah jatuh cinta. Nah, lirik lagu yang ini menceritakan pengalaman indahnya jatuh cinta saat remaja. Tenang, liriknya bukan lirik yang alay dan klise, tapi lebih menceritakan isi lagunya dan juga pengalamannya, nadanya juga menyenangkan untuk didengar. Very recommended.
"When I think about you, I think about 17, I think about my old Jeep, I think about the stars in the sky. Funny how a melody sounds like a memory. Like a soundtrack to a July Saturday night, springsteen."

3. Jack Johnson - Angel

I fall in love at first hear. No, seriously, bagus. Bagus pakai sekali. Hanya terdiri dari 3 bait, liriknya sangat simple dan mudah dimengerti... You've got to hear it to believe how beautiful this song is.
"But you're so busy changing the world, just one smile can change all of mine. We share the same soul."

Okay, done! Kukira itu 3 yang paling kusuka, mungkin lain kali aku menunjukkan sisanya, atau mungkin aku malah sudah menemukan beberapa lagu lain. Anyway, tadi aku melihat sebuah tulisan, begini isinya, "Saat seseorang mau dirimu mendengarkan suatu lagu, berarti orang itu mau menyampaikan sesuatu yang juga terdapat dalam lagu tersebut," Haha, that's so true. Semacam kode tersembunyi.

Flower Power


Semua orang suka bunga, including me. Oke, tidak semua orang, tapi yang suka tetap banyak. Kebanyakan suka dengan bunga mainstream seperti mawar. Aku? Tentu beda. Ada lima. Peoni, ranunculus, Lily of The Valley, baby's breath dan snowdrop. Pasti terdengar asing. Ya jelas, di Indonesia belum dibudidayakan.
Peoni dan ranunculus satu rumpun, cantik yang simple, tapi tentu ada sedikit perbedaan dan punya arti berbeda. Tau kan, kalau bunga punya arti tersendiri. Ranunculus artinya aku terpesona olehmu.














Sementara peoni, berarti keberanian. Di China sana, peoni juga disebut rajanya bunga.


Nah, kan baru kelihatan bedanya, kalau peoni lebih terbuka kelopak bunganya.














Kalau Lily of The Valley beda lagi, namanya berarti bunga yang berasal dari bulan Mei, tapi kalau bunganya sendiri artinya manis, kembalinya kebahagiaan, dan kepercayaan.













Baby's breath artinya sudah jelaslah, inosen. Disebut baby karena bunganya wes ketok kecil kecil.


















Terakhir, snowdrop, artinya harapan. Iya, iya, terkesan klise sekali, tapi biarin, aku suka kok :|


Bunga yang muncul saat musim dingin, dia mekarnya pas musim dingin malahan edan po.









Dulu, di jaman Victoria, kebanyakan orang lebih suka berbicara lewat gerakan dan bunga. Banyak yang menyatakan cinta dengan bunga, dan menerima atau menolak juga dengan bunga. Rempong, jawab langsung kok susah -_-
Sekarang kalau mau ngasih bunga kan asal, yang penting bagus, sebenernya malah harus waspada sama yang seperti itu, kalau malah dikasih tulip putih gimana? Kan artinya cinta bertepuk sebelah tangan tuh, modyar. Apalagi kalau dikasih carnation dua warna, bagus sih, putih dan merah marun, tapi tambah menyedihkan artinya, penolakan.
Kalau temen temen sekolah sih pada suka mawar biru. Artinya beda dari yang lain, menggapai sesuatu yang tidak mungkin. But sadly, mawar biru masih fiktif belaka. Keterbatasan generik sehingga tidak bisa menciptakan warna biru pada mawar. Kalau dikasih mawar biru, jangan percaya itu asli ya, paling mawar putih di spray pakai cat biru. Kalau mau ngasih mawar itu yang simple dan tidak menyakitkan aja, kayak mawar tanpa duri. Gitu gitu artinya cinta pandangan pertama. Ditambah kalau mawarnya warna merah. Mantep.
Dari dulu yang namanya manusia itu, kalau mau ngomong sesuatu yang penting, susah. Ya maklumlah, harga diri. Hati - hati ya, harga diri juga termasuk tujuh dosa besar. Makanya sampai sekarang kalau mau menyampaikan sesuatu yang penting harus kirim suratlah, lewat sms atau teleponlah. Sama seperti dulu, hanya saja jaman sekarang pakai alat lebih cepat dan canggih. Sampai kapan ya kayak begini? Susah sih, namanya harga diri, kan melekat selamanya.

Lirik Lagu


Aku suka mendengarkan lagu. Sangat suka. Mulai dari country sampai dubstep yang sesungguhnya hanya kumpulan suara tanpa lirik, aku suka semua.
Dari dulu kelas 7, kebanyakan teman suka lagu barat, sampai... Kelas 9.
Astaga, fans boysband dan girlband Korea menjamur di mana - mana. Di kelasku, kira - kira 85% perempuannya penggemar boyband maupun girlband Korea. Dan setiap hari, aku harus mendengarkan tentang fakta fakta artis Korea tersebut, dari nama couple sampai lagu. Sehingga, pada suatu hari terjadi percakapan seperti ini:

x : Eh, ada pairing baru lho, Changtoria.
me : ......lho, bukannya Kuntoria?
x : Kintan kok tau?
me : Di kelas terlalu banyak mendengarkan gosip artis Korea.
x : Sabar ya, nak. (ngomong ke y) Kintan kasian ya.

Ya sebegitu kasiannya. Kalau mau ngomong soal lagu baru, harus ke kelas yang jauh dulu, yang anak - anaknya ngerti perkembangan lagu mainstream jaman sekarang.
Lanjut, aku bicara soal musik di sini, karena musik sekarang bagaikan pengganti kata - kata. Temen - temen kelasku yang perempuan, kalau galau, dikit - dikit nyanyi, terus ngeluh betapa galaunya dia, lalu nyanyi lagi, lalu ngeluh lagi. Dan ngeluhnya semacam "TAPI AKU SUSAH MOVE ON!" atau "TAPI AKU MASIH SAYANG DIA!" atau "INI SALAHKU!" dan sebagainya. Aku hanya berusaha menghibur dan terkadang memberi cibiran. Seperti kejadian waktu:

me : (masuk kelas) Lah, A, kamu kenapa nangis?
temen - temen : modar we A, Kintan nek ngasih saran buat hubungan langsung nusuk hati.
me : ...........................

Oke, out of topic. Tapi serius soal musik sebagai pengganti kata - kata. Lirik lagu sekarang mudah disesuaikan dengan banyak keadaan. Aku sendiri, lebih suka mengekspresikan diri lewat lirik lagu. Jadi kalau aku ngetweet atau nulis lirik lagu, berarti aku sedang merasakan apa yang aku tulis. Tapi bukan berarti kalau aku dengerin 22-nya Taylor Swift, aku merasa aku sudah tua dan berumur 22, bukan.
Kadang kalau dunia terasa berlebihan, aku hanya akan mendengarkan lagu. Entah mau sedih, senang, bahagia, kecewa. Jarang sekali ada lagu sedih dalam playlistku, buat apa, menambah pedih #halah
Akhir - akhir ini, saya tersihir oleh salah satu lagu dari Train, judulnya Drops of Jupiter. Sebenarnya, itu terinspirasi dari ibunya sang vokalis yang meninggal, dan menganggap kematian ibunya seperti perjalanan ke semesta luar.
Tapi ya, mendalam juga sih. Ada lirik berbunyi, "And did you miss me while you looking for yourself out there" tapi aku suka mengubahnya menjadi, "But you lost me while you looking for yourself out there,"
Kadang - kadang, manusia melihat apa yang ingin mereka lihat, mendengar apa yang ingin mereka dengar, dan merasa apa yang ingin mereka rasakan. Itu naluri awal manusia. Walaupun kenyataannya sangat berbeda, toh, manusia suka berbohong pada diri sendiri.



Birthday and Change


Aaaaah, bulan ini aku ulang tahun :D
Sebenernya sih udah tau bakal dikasih apa sama orang tua, jadi, it's no fun.
Tanggal ulang tahunku bisa dibilang pasaran. Di kelasku, ada 3 orang yang ulang tahunnya bertanggal sama kayak aku, dan anehnya kita bisa satu kelas. Kan nanti kasian orang - orang, kalau mau ngasih kado bingung  ke yang mana dulu #ngimpi
Tapi, sadly, ulang tahunku terjadi waktu libur, jadi nggak seasik tahun lalu. Dan kelihatannya tahun ini nggak bakal ada yang nelpon atau sms tengah malam cuma buat ngucapin selamat, jadi pada dasarnya tahun ini bakal really sucks. Tapi sebenernya sih, aku agak aneh juga merayakan hari dimana aku bertambah tua dan semakin beberapa milimeter dekat dengan kematian, but, whatever. Tradition is a tradition.
Harapanku tahun ini lumayan banyak, nggak seperti tahun - tahun sebelumnya, dan setelah mengingat beberapa tahun terakhir, aku sadar betapa banyak seorang Kintan berubah. Kalau orang bilang, people change. I don't think so, menurutku, people don't change. Mereka hanya sudah mengalami berbagai hal yang mungkin tidak akan semua orang alami, dan menjadi lebih dewasa. Mereka berkembang. Hanya mungkin kita belum sampai pada anak tangga tempat mereka berdiri, dan menganggap mereka terlalu 'susah' untuk dimengerti. Padahal, suatu saat, kita akan berada di tempat mereka berdiri.
Halah jadi ngelantur -_- harapanku tahun ini kebanyakan menyangkut ujian. Tapi tentu saja, ada harapan yang uhuk spesial uhuk. Semoga Tuhan mengabulkannya, amin. Edan, isa sueneng pol aku.

Sedikit Berkas Cahaya Menjelang Siang

Baru - baru ini, aku masih terpukau oleh salah satu cerpen di kumpulan cerpen Milana karya Bernard Batubara. Judulnya Beberapa Adegan yang Tersembunyi di Pagi Hari. Secara keseluruhan, ini favoritku dari seluruh cerpen yang ada di buku tersebut. Ya bukannya kenapa - kenapa sih, hanya saja ada satu penggalan kalimat yang langsung serasa 'menampar'.
Yang berada di langit hanya mencintai yang di langit pula.
Aku langsung tertegun, menyadari betapa benarnya kalimat itu, dan betapa kalimat itu mendeskripsikan banyak hal serta banyak makna.
Dulu waktu aku masih kecil, masih anak - anak, aku suka membayangkan kalau aku adalah cahaya matahari. Iya, konyol, aku tahu, tapi menyenangkan saja, waktu itu aku suka main dekat - dekat rimbunan daun di depan rumah, karena kalian tahulah, tanaman butuh cahaya matahari untuk berfotosintesis. Waktu itu, aku berpikir kalau cahaya matahari merupakan semacam kepentingan utama bagi rimbunan daun, jadi pasti daun - daun itu akan selalu mengutamakan cahaya dibandingkan unsur lainnya.
Betapa salahnya aku waktu itu.
Sekarang, aku menganggap seseorang sebagai rimbunan daun itu, dan aku tentu saja masih cahaya matahari. Kupikir, dia akan memberiku perlakuan khusus, I don't know, karena aku juga masih terlalu polos dalam hal yang bersangkut paut dengan rasa. Dan aku salah. Dia juga punya kebutuhan lain. Sepeti CO2, air, zat hara. Pada dasarnya, dia lebih butuh mereka daripada aku, yang mungkin hanya seberkas cahaya. Kenyataan ini langsung memecahkan cermin kepercayaanku dengan tangan kosong miliknya, tangannya berdarah, tapi cepat sembuh, sementara cerminku sudah retak dan yah, bernoda.
Lama - lama aku berpikir, kalau aku pergi, mungkin dia akan menemukan cahaya matahari yang lain, dan aku mungkin juga akan menemukan rimbunan daun yang lain. Tapi seorang teman dekatnya pasti selalu berkata, "Dia tidak bisa melakukan apa - apa tanpamu. Temani dia sebentar lagi,"
Tapi sampai kapan?
Dan mungkin, hanya mungkin, yang di langit bisa mencintai yang ada di dataran, hanya kadang yang berada di dataran takut untuk mencoba sesuatu yang menurutnya tidak biasa.

First Post!

Post pertama di blog!
Aku agak gaptek jadi sedikit (baca: banyak) nggak ngerti soal beginian.
Paling blog ini bakal jadi tempat pelarian menumpahkan emosi -_- semacam sedulur tua twitter, haha.
Sumpah ini post paling nggak mutu -_-

Jadi nama saya Michelle Kintan Ardia Pramesti. Sudah menempuh UN tingkat SMP dan sebentar lagi akan lulus dengan nilai bagus, amin. Panggil saja Kintan atau Michelle. Tapi bukan mi-cele lho ya -_- Secara de jure dan de facto sih masih sekolah di SMP Stella Duce 1, tapi beberapa bulan lagi bakal pindah sekolah lagi ngahaha.
Hobi? Apa ya... Berimajinasi, nulis cerita, nggambar, mungkin marah-marah? Tapi banyak yang bilang kalau Kintan nggak marah-marah berarti bukan Kintan... Sebenarnya itu pujian atau ejekan juga aku nggak ngerti. Aku orangnya jarang senyum, jadi kalau kalian kenal dan melihat atau membuat seorang aku tersenyum, berarti dirimu luar biasa dan membuatku terpesona(?).
Aku suka kopi, mulai dari kopi yang benar benar kopi sampai kopi instant, tapi kopi favoritku tetap latte macchiato. Belakangan aku suka menonton kartun dan serial TV. Kartun favorit? Terlalu banyak. Tapi kalau serial TV favorit mungkin Glee, Sherlock, dan House M.D. Aku pecinta lagu barat, dan lumayan futuristik dalam perkembangannya.
Aku sayang semua teman temanku, mulai dari 7 Volante, 8 Virtuoso (you rock), dan 9 Bravura. Ngomong-ngomong hari ini baru selesai foto kelas, senang dengan hasilnya, melebihi dugaan :') Oke, out of topic.
Kadang aku bakal ngepost sesuatu yang beraroma galau dan menyangkut soal hati, jadi maklumi ya. Tentu post itu ditujukan buat seseorang, siapa lagi -_- Udah ah, mau tidur, langit sudah diselimuti bintang dan bulan.
Daaaah~
Supported by CoreBlogging
Back to Top